Pabrik Kata-Kata Joger ada di Jalan Raya Tuban di Kuta, sedangkan Teman Joger dibangun di Desa Luwus, di tepi Jalan Raya Luwus Bedugul. Joger merupakan kependekan dari nama pemilik toko ini yaitu Joseph Theodorus Wulianadi dengan sahabat Jermannya Gerhard yang memberinya modal usaha.
Pak Joger yang adik kandung Jaya Suprana direktur Jamu Jago ini merupakan pemilik CV Wira’s Garment Melania Soraya yang memproduksi kaos-kaos dan pernak-pernik khas Joger dan Jok Mah Li (pojok mahal sekali yaitu barang-barang luar negeri yang dijual dengan harga miring.semangat untuk mengabadikan dan menghargai persahabatan itu ternyata mempermulus segala hal, biss lacar, nama Joger pun menjadi brand kuat untuk produk kaos kreatif.
Barang-barang yang dijual di tokonya ada sekitar 10.000 macam dengan margin keuntungan 5,8 %. Gerainya selalu penuh dengan wisatawan yang dengan bangga memakai kaos-kaos yang bertuliskan kata-kata “bijak” ciptaan Pak Joger, di antaranya: “Belanja Tidak Belanja Tetap Thank You.”
KALAU mau ke Kuta, kami melewati kemacetan yang parah. Kata kawan saya, kalau mau ke Joger, kami punya pilihan selain Kuta, yaitu Luwus. Ini nama desa, di jalan raya dari Denpasar ke arah Bedugul. Ini bukan Joger tapi temannya. Nama tokonya memang: Teman Joger. Lengkapnya tempat penyaman Joger.
Jalannya bagus dan mulus. Tak ada kemacetan. Luwus benar-benar sebuah desa. Di kiri dan kanan jalan membentang sawah, dengan genangan air yang memantulkan rembang cahaya petang, dan dengan cara yang sederhana seperti itu menciptakan pemandangan senja yang menakjubkan.
meskipun cuma 'temannya'. Ini adalah toko yang memang besar, tapi biasa saja, tapi ini toko menjual barang-barang tidak biasa dengan cara yang tidak biasa. Tak ada bangunan apa-apa di sisi kiri kanannya.
Joger adalah toko biasa, denga produk yang tidak biasa. Produk utamanya memang cuma kaos oblong alias T-Shirt. Yang membuat tidak biasa adalah desainnya. Selalu ada kata-kata unik yang bikin senyum. Toko Joger juga ditata dengan cara yang tidak biasa. Di dekat kasir ada tulisan: ini kasir bukan kasur. Juga stiker besar: belanja tidak belanja tetap thank you. Ada lagi: Diskon khusus untuk yang hari ini berulang tahun, mohon buktikan degan menunjukkan KTP. Dan yang paling lucu: Diskon 100 Persen untuk pengunjung yang tidak belanja! Main-main? Kesannya begitu, tapi itulah Joger, dan itulah yang bikin namanya merek yang kuat.
Lihat juga bagaimana tata letak toko. Kaos anak-anak dipajang di bagian sendiri dengan pintu yang hanya setinggi perut. Ada tanda di atas pintu itu: hanya untuk rakyat kecil. Saya harus setengah merangkak untuk masuk ke ruang itu. Keunikan-keunikan kecil lain ditebar di kantong belanja, cara menjelaskan di mana tokonya berada, dan bahkan sampai ke tempat parkir. Pegawai Joger pun ditandai dengan stiker VIP (Very Iseng - bukan important, huh! - Person).
"...semenjak 1987, Joger (berdiri tahun 1981) tidak lagi profit oriented tetapi happiness oriented," kata Mister Joger pada suatu kesempatan, mengungkap kiat suksesnya. Keuntungan tak lagi jadi tujuan, tapi kebahagiaanlah yang ingin dicapai. Sejak tahun itu pula, tepatnya pada tanggal 7 Juli, Joger memutuskan hanya punya toko di Kuta, yang alamatnya sejak dulu memang tanpa nomor.
Kata-kata (ia kemudian menyebut toko kaosnya sebagai pabrik kata-kata) dan gambar lucu, adalah sumber kebahagiaan. Orang menggemari kaos Joger karena bahagia dan bangga memakainya. Pembeli bahagia, dan pemilik toko bahagia karena bisa membahagiakan pembeli (dan meski tak jadi tujuan, keuntungan pun dikantongi). Siapa sebenarnya orang di balik desain-desain Joger yang "jelek". seperti di akui oleh Joger, di pabrik kata-kata itu ada lima desainer. "Tim kreatifnya terdiri dari lima orang. Joseph pulalah yang memberi gelar sendiri kepada dirinya BAA, BSS. Apa itu BAA dan BSS? Bukan Apa-Apa, dan Bukan Siapa-Siapa. Gelar BAA dan BSS itu ada sejarahnya. Suatu ketika Joseph menyebut istilah dispromotion, sebagai satu istilah taktik berbisnis yang ia perkenalkan. "Dispromotion itu adalah konsep berpromosi yang tidak bermaksud untuk menaikkan jumlah omzet, karena saat ini jika ada orang yang ingin membeli kaos Joger dalam jumlah banyak selalu saya tolak," katanya. ada orang yang bertanya, apa kapasitas ilmiah Joseph mengapa berani memperkenalkan istilah itu. Karena kesal, beliau menjawab, "Saya bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa." Jawaban yang kemudian menjadi gelar "resmi" yang ia sematkan sendiri.
Jalannya bagus dan mulus. Tak ada kemacetan. Luwus benar-benar sebuah desa. Di kiri dan kanan jalan membentang sawah, dengan genangan air yang memantulkan rembang cahaya petang, dan dengan cara yang sederhana seperti itu menciptakan pemandangan senja yang menakjubkan.
meskipun cuma 'temannya'. Ini adalah toko yang memang besar, tapi biasa saja, tapi ini toko menjual barang-barang tidak biasa dengan cara yang tidak biasa. Tak ada bangunan apa-apa di sisi kiri kanannya.
Joger adalah toko biasa, denga produk yang tidak biasa. Produk utamanya memang cuma kaos oblong alias T-Shirt. Yang membuat tidak biasa adalah desainnya. Selalu ada kata-kata unik yang bikin senyum. Toko Joger juga ditata dengan cara yang tidak biasa. Di dekat kasir ada tulisan: ini kasir bukan kasur. Juga stiker besar: belanja tidak belanja tetap thank you. Ada lagi: Diskon khusus untuk yang hari ini berulang tahun, mohon buktikan degan menunjukkan KTP. Dan yang paling lucu: Diskon 100 Persen untuk pengunjung yang tidak belanja! Main-main? Kesannya begitu, tapi itulah Joger, dan itulah yang bikin namanya merek yang kuat.
Lihat juga bagaimana tata letak toko. Kaos anak-anak dipajang di bagian sendiri dengan pintu yang hanya setinggi perut. Ada tanda di atas pintu itu: hanya untuk rakyat kecil. Saya harus setengah merangkak untuk masuk ke ruang itu. Keunikan-keunikan kecil lain ditebar di kantong belanja, cara menjelaskan di mana tokonya berada, dan bahkan sampai ke tempat parkir. Pegawai Joger pun ditandai dengan stiker VIP (Very Iseng - bukan important, huh! - Person).
"...semenjak 1987, Joger (berdiri tahun 1981) tidak lagi profit oriented tetapi happiness oriented," kata Mister Joger pada suatu kesempatan, mengungkap kiat suksesnya. Keuntungan tak lagi jadi tujuan, tapi kebahagiaanlah yang ingin dicapai. Sejak tahun itu pula, tepatnya pada tanggal 7 Juli, Joger memutuskan hanya punya toko di Kuta, yang alamatnya sejak dulu memang tanpa nomor.
Kata-kata (ia kemudian menyebut toko kaosnya sebagai pabrik kata-kata) dan gambar lucu, adalah sumber kebahagiaan. Orang menggemari kaos Joger karena bahagia dan bangga memakainya. Pembeli bahagia, dan pemilik toko bahagia karena bisa membahagiakan pembeli (dan meski tak jadi tujuan, keuntungan pun dikantongi). Siapa sebenarnya orang di balik desain-desain Joger yang "jelek". seperti di akui oleh Joger, di pabrik kata-kata itu ada lima desainer. "Tim kreatifnya terdiri dari lima orang. Joseph pulalah yang memberi gelar sendiri kepada dirinya BAA, BSS. Apa itu BAA dan BSS? Bukan Apa-Apa, dan Bukan Siapa-Siapa. Gelar BAA dan BSS itu ada sejarahnya. Suatu ketika Joseph menyebut istilah dispromotion, sebagai satu istilah taktik berbisnis yang ia perkenalkan. "Dispromotion itu adalah konsep berpromosi yang tidak bermaksud untuk menaikkan jumlah omzet, karena saat ini jika ada orang yang ingin membeli kaos Joger dalam jumlah banyak selalu saya tolak," katanya. ada orang yang bertanya, apa kapasitas ilmiah Joseph mengapa berani memperkenalkan istilah itu. Karena kesal, beliau menjawab, "Saya bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa." Jawaban yang kemudian menjadi gelar "resmi" yang ia sematkan sendiri.